Profil Puskesmas Legonkulon
Seiring dengan
berkembangnya wilayah dan meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Legonkulon,
serta adanya keinginan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan, dan sejak tahun 2008 di Kabupaten Subang
diberlakukan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemekaran
dan Pembentukan Wilayah Kerja di Kabupaten Subang, walaupun untuk mewujudakan hal tersebut masih harus
diberlakukan berbagai upaya penataan yang
terus menerus.
Sebagai indikator keberhasilan
pembangunan tersebut digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan
indeks komposit yang dipengaruhi oleh indikator
pendidikan yang diwakili oleh Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama
Sekolah (RLS), indikator kesehatan yang diwakili oleh Usia Harapan
Hidup (UHH), dan indikator ekonomi diwakili oleh daya beli
masyarakat.
Indikator kesehatan yang
diwakili oleh UHH sangat dipengaruhi oleh Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), disamping Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Kasar,
oleh karena itu berbagai upaya ditujukan untuk penurunan AKI dan AKB melalui
kegiatan yang terencana, fokus dan mempunyai
sasaran yang jelas.
Menurut
H.L.
Blum, derajat kesehatan penduduk dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu Limgkungan
(45%), Perilaku (30%), Pelayanan Kesehatan (20%) dan Hereditas/ kependudukan
(5%) oleh karena itu pembangunan kesehatan yang berlandaskan paradigma sehat,
yaitu mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya
kuratif dan rehabilitatif mutlak dilakukan.
Seiring dengan hal tersebut,
peningkatan kualitas Sistem Informasi Kesehatan mempunyai peranan yang amat
penting, yakni sebagai sarana penyedia indikator yang menunjukan tercapai
tidaknya target pembangunan kesehatan sekaligus sebagai tulang punggung pelaksanaan
pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Untuk merelisasikan hal tersebut, antara lain diperlukan Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) yang cepat, tepat, akurat, komprehensif relevan dan
menyatu dengan satuan yang memerlukannya, sehingga dapat dipergunakan baik
untuk perencanaan maupun pengambilan keputusan.A. GEOGRAFI
Puskesmas Legonkulon terletak di Kecamatan Legonkulon dengan luas wilayah 7.237.168 Ha yang dapat ditempuh 2 jam dari Ibukota Kabupaten. Di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pusakanagara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamanukan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sukasari Peta Puskesmas Legonkulon dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Peta Wilayah Puskesmas Legonkulon
Secara administratif
Puskesmas Legonkulon dibagi dalam 7 desa
dengan kategori 2 desa Swakarya dan 5 Desa Swadaya, 25 dusun, 29 RW dan 89 RT dengan jumlah penduduk 24.458 jiwa (
sumber laporan tahunan kecamatan tahun 2014 ).
Visi dan Misi Puskesmas Legonkulon
Visi " Terwujudnya puskesmas legonkulon APIK (akuntable, profesional, inovatip dan kooperatip) menjadi pusat layanan kesehatan Pantura sebagai daerah wisata, mendukung desa mandiri gotong royong"Misi
1). Menggerakan pembangunan desa sehat
2). Mendorong kemandirian masyarakat dan keluaraga untuk hidup sehat
3). Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Kondisi dan jumlah sarana prasarana kesehatan
Pelayanan kesehatan yang berdayaguna dan berhasilguna akan
terlaksana secara optimal bila kebutuhan sarana memadai, Kecamatan Legonkulon terdapat 1 Puskesmas
induk dengan jumlah penduduk kecamatan 24.487 Jiwa dan standar ratio Puskesmas terhadap penduduk
adalah 1: 30.000 Jiwa.
Untuk meningkatkan
akses pelayanan Puskesmas Legonkulon di lengkapi dengan 1 Puskesmas Pembantu
yang terletak di desa Mayangan dengan
kondisi hancur akibat banjir rob sementara untuk pelayanan sementara
dilaksanakan dengan puskesmas keliling dan 4 Polindes
di desa
Pangarengan, desa Tegalurung, desa Bobos dan desa Karangmulya, desa Legonkulon 1 Poskesdes, sedangkan untuk Puskesmas keliling roda 4 ada 1
buah dan kendaraan roda 2 ada 4 buah.
Kondisi Puskesmas
Legonkulon kulon masih perlu dilakukan rehab
bagian bawah bangunan dan penambahan alat-alat
kesehatan dimana karena wilayah pantura lingkunganya yang gampang membuat
bangunan atau peralatan cepat rusak karena karat atau rembesan air asin dan
tahun terakhir direhab pada tahun 2012
dan hanya bagian atap bangunan. Tahun
2012 bulan Oktober dibangun sarana UGD sebanyak 1 lokal tanpa isi dan fasilitas
pendukung seperti listrik, air bersih dan SPAL, untuk
Pustu Mayangan lebih memprihatinkan karena kondisinya yang sudah tenggelam oleh banjir
yang terjadi hampir tiap hari dan sudah banyak berlubang juga dengan kondisi alat-alat
kesehatan yang sudah tidak bisa terpakai lagi karena banjir dan karat dimana perlu adanya rehab total, rehab pernah
dilaksanakan pada tahun 2004 dan
untuk saat ini perbaiakan diusulkan ke PNPM sehat cerdas, Untuk polindes tahun terakhir mendapat rehab yaitu pada tahun 2011 di Polindes desa Pangarengan, sedangkan untuk alat-alat kesehatan sama saja kondisi dan jumlahnya
sudah sangat memprihatinkan dan hanya 1 polindes yang mendapat bantuan alkes
yaitu Polindes desa Tegalurung itu dari PNPM dan PPK IPM sedangkan untuk polindes
Pangarengan, Bobos dan Karangmulya hanya sebatas inkubator dan tempat tidur itu juga tidak semua polindes mendapatkanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar